Jumat, 17 Oktober 2008

MCK


Penyak, 17-10-2008; 08:29
Sumber kehidupan, berapa lama lagi akan bertahan?
Bertemu dan beraktifitas dalam kegiatan yang sama, untuk berkehidupan masyarakat.
Berangsur, tempat ini semakin berganti. Seiring jalan yang melebar, seiring keruhnya air yang datang, dan jauhnya peradapan yang datang menghampiri.
Potret nyata dari kehidupan di tanah Pintu Sedulang.

Rabu, 08 Oktober 2008

CERDAS


Masih ingat dengan novel yang berjudul Laskar Pelangi? novel best seller yang ditulis oleh Andrea Hirata. sebuah kisah novel yang cukup menarik perhatian kita saat ini... bukan hanya cerita, tetapi juga banyak pesan yang dibawa... Apalagi saat diangkat dalam layar lebar disutradarai oleh Riri Riza, dan mendapat perhatian cukup banyak dari kaum muda.

Salah satunya adalah pendidikan di Indonesia. Potreet sebuah sekolah yang sederhana, jauh dari kemewahan dan Ukiran prestasi yang bergengsi, tapi pendidikan yang tercermin bukan hanya memberikan ilmu pengetahuan saja, melainkan sebuah perilaku dan etika, sehingga tumbuh sebuah kreatifitas yang bukan karena fasilitas.

Saat ini sebagian orang tua memimpikan investasi manusia pada pendidikan untuk masa depan anaknya. Biar jadi pengusaha, Dokter, atau semua yang secara sosial terpandang dan mempunyai harkat dan martabat secara financial.

Ada yang lebih mendasar di tawarkan dalam laskar pelangi ini, yaitu Budi pekerti.

Negara ini mungkin lupa, atau terpesona akan pendidikan metoda luar (barat), sehingga tidak diliriknya pendidikan yang telah di rintis pendahulu kita, Seperti Ki Hadjar Dewantara, Kyai Haji Ahmad Dahlan. Dalam karya mereka terbentuklah Taman Siswa, Muhammadiyah. Beliau-beliau ini telah mencoba merintis pendidikan yang mengajarkan akan budaya timur, sepert budi pekerti, etika, sopan santun pada anak bangsa negeri ini.

Saat ini tidak jarang kita temui siswa yang pandai, tetapi tidak punya tata krama dan etika, atau malah di tidak tahu sopan santun.

Meskipun hal ini bukan hanya tugas dari sekolah, untuk memberikan bekal bagi anak kita, tetapi juga peran keluarga diperlukan dalam hal ini. Waluapun saat ini jumlah keluarga yang menanamkan pendidikan Budi Pekerti sudah mulai "tidak sempat", sehingga melimpahkan semua ke sekolah. Sedangkan sekolah juga di tuntut tidak hanya mendidik dan mencerdaskan anak bangsa, tetapi juga untuk menjadikan sekolah sebagai sekolah favorit, yang diharapkan akan menunjang keberlangsungan dan kesejahteraan Sekolah.

Bila kita sedikit saja melirik pendidikan di Jepang, dimana pendidikan tidak hanya dapat menerapkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan, tetapi juga tetap di berikan pendidikan budi pekerti dan pengetahuan budaya mereka. Sehingga mereka tetap mencintai dan juga mengerti asal mereka dengan budaya nenek moyangnya.

Pendidikan tidak hanya mengedepankan kecerdasan Intelektual tetapi juga Kecerdasan Moral, Spiritual dan Emosional.

Terkadang kita ataupun orang tua beragapan kecerdasan yang maksud adalah kemampuan anak dalam berhitung, mengahafal, meniru, pandai dalam membuat analisa yang dibuktikan pada prestasi di sekolah. Meskipun pemahaman ini tidak salah, namun juga kurang lengkap. Cerdas yang dimaksud adalah kemampuan anak dalam mengorganisir dengan baik aspek Intelektual, Emosional, Moral dan Spiritual.

Kecerdasan Intelektual, merupakan kemampuan seseorang secara efektif untuk melakukan perhitungan matematis, menganalisa, mengingat, dan beragumen. Sehingga pada umumnya, sang anak akan berhasil menemukan dan mengengembangkan ilmu pengetahuan dengan baik.

Kecerdasan Emosional, merupakan kemampuan seseorang untuk mengelola dan memanfaatkan perasaan dengan baik. Seperti memahami orang lain, kemandirian, kerjasama, menyesuaikan diri dan berpikir positif. Tentunya hal ini dipengaruhi juga oleh kepribadian yang sehat.

Kecerdasan Moral, merupakan kemampuan seseorang yang peka dan mampu menentukan baik dan buruk. Seperti kejujuran, kerelaan menolong, kesetiakawanan, kepedulianan, kesederhanaan dan adil.

Kecerdasan Spiritual, merupakan kemampuan seseorang untuk dapat mengembangkan nilai-nilai yang mulya, seperti: kasih, kebenaran, ketaquan, ketaatan, pelayanan, pengabdian dan pengorbanan. Jadi kecerdasan Spiritual bukan saja ketaatan dalam menjalankan hukum-hukum agama, tetapi juga nilai dan sikap hidup dalam agama yang tulus dan mulia.

Jadi pendidikan untuk anak bangsa ini, bukan hanya dikarenakan oleh Sekolah saja, tetapi peran orang tua, keluarga, masyarakat dan Negara. Cerdas yang bagaimana yang akan kita bekali kepada generasi akan datang, akan juga menentukan nasib keluarga, dan juga negara.

Anak Anda bukanlah anak Anda, Mereka adalah anak-anak kehidupan yang merindukan diri sendiri. Meskipun mereka datang melalui Anda, dan meskipun mereka bersama anda, mereka bukan milik anda.

Anda mungkin memberikan cinta, namun tidak pikiran anda, karena mereka memiliki pikiran sendiri.

Tubuh mereka mungkin ada dirumah anda, namun tidak jiwa mereka, karena jiwa mereka tinggal dalam rumah masa depan, yang tidak dapat anda kunjungi, bahkan tidak dalam mimpi anda.

Anda boleh berusaha menjadi seperti mereka, namun jangan membuat mereka seperti anda.

Anda adalah busur dari anak-anak anda, ditembakkan sebagai anak panah yang hidup.

Relakan diri anda melengkung di tangan pemanah demi kegembiraan.

Kahlil Gibran, Sang Nabi

Hari Pahlawan

Negara yang besar adalah Negara menghargai jasa-jasa Pahlawannya” (Ir.sukarno) Negara besar tidak akan lupa dan memiliki pahlawan-pahlawan yang gagah dan berani, yang telah memberikan sesuatu dimana menjadi tauladan bagi generasi selanjutnya.
Hal ini bila di ulas sedikit tentang kata Pahlawan dapat berarti:

Pahlawan itu = Pahala-wan.
Pahlawan itu = Hero
Pahlawan itu = Inspirator
Pahlawan itu = Tulus
Pahlawan itu = Ikhlas
Pahlawan itu = Pencerahan
Pahlawan itu = membuat lebih baik
Pahlawan itu = punya hati nurani bersih
Pahlawan itu = bukan penghianat
Pahlawan itu = bukan oportunis
Pahlawan itu = punya integritas

Apakah Negara Indonesia mempunyai Pahlawan?
Banyak dan teramat banyak untuk disebutkan
,

Berdasarkan nama-nama Pahlawan Indonesia dikelompokan berdasarkan masa Perjuangan Indonesia. pada saat saya mendapat pelajaran Sejarah Nasional Indonesia, Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa (PSPB) mata pelajaran di SD dan SMP yang di cetuskan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada Kabinet Pembangunan IV (1983-1985), kurang lebih sebagai berikut:

Pahlawan Nasional, orang yang telah berjuang dan berjasa dalam perlawanan terhadap penjajahan di pelosok Nusantara atau masa pergerakan. Seperti Pangeran Diponogoro, Teuku Umar, Cut Nyak Din, Budi Utomo dan lainnya. Gelar Pahlawan Nasional Indonesia diberikan kepada mereka yang berjasa kepada Negara Republik Indonesia dan mereka yang berjuang dalam proses untuk kemerdekaan Negara Republik Indonesia. Hingga 10 November 2006, telah ada 138 tokoh yang ditetapkan Pemerintah Indonesia sebagai Pahlawan Nasional Indonesia

Pahlawan Kemerdekaan, mereka yang telah burjuang dan gugur dalam pempertahankan Kemerdekaan Indonesia.

Pahlawan Revolusi, mereka yang gugur dalam revolusi nasional pada tragedi 30 September 1965. Tentu kita masih ingat Tentang G.30.S.PKI. yang menurut beberapa literature yang saat ini berkembang pada masa reformasi ini, merupakan sebuah kudeta yang AD terhadap pemerintahan Sukarno.

Apakah pahlawan - pahlawan tersebut saat ini masih kita kenang? atau hanya merupakan sebuah catatan saja?

Pemerintah Indonesia telah menetapkan 10 November sebagai Hari Pahlawan. Tanggal ini merupakan peringatan terhadapa peperangan yang terjadi di Surabaya (1945). Tentu ini merupakan refleksi diri kita sebagai penerus mereka, bukan hanya untuk mengenang jasa pahlawan, tetapi untuk kita mengerti apa arti karya dan jasa para Pejuang, dan kewajiban kita terhadap karya mereka untuk negara ini.

Mereka juga manusia, tidak lebih luput dari kurang dan lebih sebagai seorang Pejuang, Sebagai Ayah, Sebagai Suami/istri dan sebagai warga negara yang peduli bangsa ini. haruskah kita melihat kekurangan mereka?

Terkadang miris rasanya, bila kita melupakan mereka, melupakan semua yang telah mereka perjuangkan, dimana saat ini kita tanpa sadar telah menikmatinya. Meski kita hanya dapat membaca dan mendengar perjuangan dan yang mereka perjuangkan.
Apakah mereka minta untuk di hargai? minta untuk di elukan? atau minta fasilitas, karena telah berjasa?

Mereka telah berkarya tanpa pamrih, tulus, untuk kebaikan tanpa tahu besar dan kecilnya manfaat bagi kita saat ini, mereka telah memberikan yang terbaik untuk kita saat ini. Karya mereka telah kita nikmati, dan mereka tidak pernah tahu begitu besar karya mereka bagi kita saat ini.

Akan tetapi kepahlawanan tidak hanya berhenti di sana. Pada masa saat ini pun kita dituntut untuk menjadi pahlawan.

Bukankah arti pahlawan itu adalah orang yang menonjol karena keberanian dan pengorbanannya saja dalam membela kebenaran?
Bukankah makna pahlawan itu adalah pejuang gagah berani?
Bukankah makna kepahlawanan tak lain adalah keberanian, keperkasaan, kerelaan berkorban, dan kekesatriaan?

Mereka hanya melaksanakan KEWAJIBAN tanpa Menuntut HAK.

Kewajiban Sebagai Seorang Ayah/ibu, Orang Tua, Anak, Warga Negara.

Apakah mereka menuntut HAK Azazi mereka?
Bagaimana Kewajiban Azazi Mereka?

Mari kita renungkan Jasa Pahlawan,
jadilah kita sebagai penerus yang mencintai dan menjujung tinggi karya Pahlawan (orang lain) serta saling hormat menghormati dintara kita dan pendahulu kita.

Mereka juga manusia yang tentu tak luput dari salah dan lalai. tetapi mereka telah memberikan kita panutan, contoh dan semangat.