Rabu, 24 September 2008

MUDIK




Tahun berganti tahun, dan kata "Mudik" selalu terucap disegala penjuru Nusantara tercinta.

Mudik adalah kegiatan perantau untuk kembali ke kampung halamannya. Mudik di Indonesia identik dengan tradisi tahunan yang terjadi menjelang hari raya besar keagamaan misalnya menjelang Lebaran. Bagi sebagian besar masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat Jawa, Mudik boleh dikatakan sebuah tradisi yang mutlak harus dilaksanakan. Pada saat itulah ada kesempatan untuk berkumpul dengan sanak saudara yang tersebar di perantauan, selain tentunya juga sowan dengan orang tua. (Dari Wikipedia bahasa Indonesia)
Segala makna tentang "Mudik" memberikan warna sebagai alasan untuk menghantarkan kita kembali ke asal kita. Budaya ini mungkin hanya milik Bangsa Indonesia, dan merupakan budaya yang tersisa dari sekian banyak budaya bangsa ini yang diwariskan oleh pendahulu kita. Lalu kemana budaya kita yang lain? seperti gotong royong? bahu membahu? tepo seliro?

Bertemu sanak saudara, berbagi cerita dan menyambung silaturahmi, bertemu sanak famili terutama dengan mereka yang sekian lama tidak berjumpa.


Hari dan bulan baik, untuk menjalin kembali lembar hidup yang baru dan akan dimulai kembali setelah hati dan jiwa kita dibersihkan.. dengan menguji diri akan nafsu. Apakah ini kemenangan?

Disisi lain fenomena ini membuat sebagian orang memaknai lain, sebulan menahan nafsu, namun di hari kemenangan membuat kita justru tidak dapat mengotrol nafsu tersebut. dimana sebagian masyarakat Pulang Mudik hanya ingin menunjukkan kehebatan dan keberhasilan kepada orang lain dikampung halaman, atau juga ingin duhargai dengan membeli semua bahan makanan dan pernik pernik "Pesta" yang mungkin bukan untuk menyambut kemenangan malainkan agar tidak terlihat lebih dari yang lain. Tidak heran sebagian masyarakat memaksakan diri, untuk berhutang, ataupun menjual miliknya agar dapat di bawa pulang ke pulang dan di tunjukkan bahwa dirinya berhasil.
Mungkin orang tua kita, sanak famili di kampung halaman akan bangga, senang karena keberhasilan keluarganya yang pulang apakah ini yang menjadi hakekat satu bulan ini??
Sisi lain, di kota besar seperti Jakarta, akan lumpuh, dimana semua hiruk pikuk ibukota menjadi senyap.. tinggal beberapa orang yang mungkin secara sadar akan dirinya, tidak mampu untuk menghadirkan senyum kebahagian pada famili di kampung halamannya, atau mereka yang memang tidak lagi memiliki kampung halaman. Bagaimana dengan Kampung halaman yang jelas akan penuh sesak oleh kedatangan penduduk "Asli"nya?? Apa saja yang akan mengubah warna kehidupan yang sebelumnya "ndeso" menjadi metropolis? apa yang akan tersisa dari kehidupan dan pola hidup "ndeso" ? atau semua akan terus terkikis dan akhirnya habis?

Semua tidak dapat kita pungkiri, terjadi dengan sendiri, tanpa ada penangkal dan tautan pegangan..

Semoga ini disadari bukan untuk dihindari, namun tetaplah menjadi jati diri.

Selamat mudik ya… Hati-hati… Mohon maaf lahir batin dan selamat lebaran !

Tidak ada komentar: